الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Kita dianjur mengucapkan Kalimah Alhamdulillah ketika kita mendapatkan nikmat ataupun rizki dari Allah SWT, baik yang kecil maupun yang besar.
Al-Hamdulillah adalah pujian bagi Allāh tabāraka wa ta’āla dikarenakan segala sifat-sifat Allāh Yang Maha Indah, dan ia mengandung rasa cinta.
Contoh kecil ketika kita bersin, bersin itu nikmat jadi harus disyukuri dan kita dianjurkan mengucapkan Alhamdulillah.
Rasulullah SAW mengajarkan, jika ada yang bersin dan mengucapkan hamdalah, kita yang mendengarnya harus menimpalinya dengan mengucapkan “yarhamukallah” (semoga Allah merahmatimu), lalu orang yang bersin tadi diharuskan kembali menimpali dengan mengucapkan “yahdikumullah” (semoga Allah memberimu hidayah).
Selain itu, Rasulullah SAW mengajarkan agar saat bersin kita menutup mulut atau muka dengan telapak tangan.
“Apabila salah satu di antara kalian bersin, maka letakkanlah kedua telapak tangannya di atas mukanya, dan rendahkanlah suaranya.” (HR Hakim dari Abu Hurairah).
Bersih adalah kenikmatan. Karenanya, hamdalah harus diucapkan jika bersin.
Berikut ini ada 7 catatan penting mengenai Alhamdulillah:
- Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam memulai khutbahnya dengan Khutbatul Hajah, bila menulis surat memulai dengan Basmalah dan bila memberikan pelajaran memulai dengan Alhamdulillāh.
- Alhamdulillāh adalah doa yang paling utama.
أفضل الذكر لاإله إلا الله وأفضل الدعاء الحمد لله
“Dzikir paling utama adalah Lāilāhaillallāh, dan doa paling utama adalah Alhamdulillāh.”
(HR Ibnu Majah : 3800, Tirmidzi : 3383, Ibnu Hiban : 1834 lihat Silsilah Shahihah : 1497).
- Alhamdulillāh adalah kalimat pertama yang diucapkan oleh nabi Adam alaihissalam.
لما نفخ في آدم فبلغ الروح رأسه عطس فقال الحمد لله رب العالمين فقال له تبارك وتعالى يرحمك الله
“Ketika ruh ditiupkan kepada Adam, dan tatkala sudah mencapai kepala, ia bersin sembari mengucapkan Alhamdulillāh Rabbil Alamin. Lantas Allāh tabāraka wa ta’āla mengatakan kepadanya Yarhamukallāhu.”
(HR Al-Hakim 7681, lihat Silsilah Ash-Shahihah : 2159).
- Manusia pertama yang akan masuk surga adalah manusia yang banyak membaca Alhamdulillāh.
أول من يدعى إلى الجنة الحمادون الذين يحمدون الله على السراء والضراء
“Manusia yang pertama kali akan dipanggil masuk ke dalam surga adalah Al-Hammadun. Yaitu orang-orang yang senantiasa membaca Alhamdulillāh dalam kondisi susah maupun senang.”
(HR Ath-Thabarani di dalam Mujamul Kabir : 12345, dilemahkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Adh-Dha’ifah : 632. Akan tetapi ia memiliki penguat dari ucapan Ibnu Abbas secara mauquf diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah ; 6/61, Ath-Thabari dalam tafsirnya ; 24/417 dihasankan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Al-Mathalib Al-Aliyah ; 4557).
- Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam akan diberikan Panji Al-Hamdu dan diberikan kedudukan terpuji (Al-Maqam Al-Mahmud) sebagai bentuk keistimewaan dibandingkan dengan seluruh para nabi yang lain, sebagaimana tersebut dalam riwayat Muslim : 191-192 dari Anas Bin Malik.Dan para ulama berselisih pendapat tentang Panji Al-Hamdu ini. Sebagian menyatakan artinya adalah benar-benar panji. Sedang sebagian yang lain menafsirkan panji ini adalah berupa syafa’at berdasarkan riwayat Ibnu Umar radhiallāhu ‘anhuma:
حتى تنتهي الشفاعة إلى النبي صلى الله عليه وسلم فذلك يوم يبعثه الله المقام المحمود
“Hingga syafa’at berakhir kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan itulah hari dimana Allāh tabāraka wa ta’āla memberikan kedudukan yang terpuji.” (HR Bukhari : 4718).
- Al-Hamdu adalah pujian bagi Allāh tabāraka wa ta’āla dikarenakan segala sifat-sifat Allāh Yang Maha Indah, dan ia mengandung rasa cinta. Kebalikannya adalah Adz-Dzam (celaan) yaitu menyebutkan seluruh keburukan serta mengandung rasa benci.
- Perbedaan antara Al-Hamdu dengan Asy-Syukru : Syukur adalah pujian terhadap Allah taala karena kebaikan Allāh tabāraka wa ta’āla yang telah diberikan (siapa yang berbuat baik kepadamu maka engkau akan bersyukur kepadanya). Sedangkan Al-Hamdu adalah pujian bagi Allāh tabāraka wa ta’āla dikarenakan sifat, nama serta perbuatan Allāh tabāraka wa ta’āla Yang Maha Indah. Karena Allāh disifati dengan sifat-sifat Yang Maha Indah, Maha Elok serta Maha Sempurna.
(Disadur dari kitab At-Ta’liqat Al-Atsariyah Ala Mandzumah Al-Allamah As-Sa’di Alal Qawaid Al-Fiqhiyah : 19-23 karya Syaikh Masyhur Hasan Ali Salman)
Sumber: bimbinganislam.com
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
(Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam)artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal ‘al-`aalamiin’ merupakan bentuk jamak dari lafal ‘`aalam’, yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata ‘aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya.
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
(Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
(Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal ‘yaumuddiin’ disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata, sesuai dengan firman Allah Taala yang menyatakan, “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Q.S. Al-Mukmin 16) Bagi orang yang membacanya ‘maaliki’ maknanya menjadi “Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat”. Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti ‘ghaafiruz dzanbi’ (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal ‘maaliki yaumiddiin’ ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudah ma`rifah(dikenal).
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
(Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan) Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya, dan kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam menghadapi semua hamba-Mu dan lain-lainnya.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
(Tunjukilah kami ke jalan yang lurus) Artinya bimbinglah kami ke jalan yang lurus, kemudian dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
(Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka), yaitu melalui petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai) Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain (mereka yang sesat.) Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat dan salam-Nya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Semoga bermanfaat.